ARTICLELIFE SKILL

REACH TO FORGIVENESS FOR YOUTH GENERATION


Reach-To-Forgiveness.png

Loading

Mengapa Perlu Memaafkan?
Kejadian menyakitkan dalam hidup itu tidak terhindarkan. Kita bisa tersakiti oleh orang lain, baik secara bermaksud ataupun tidak. Kejadian menyakitkan itu bisa datang dari mana saja, termasuk orang yang kita cintai. Tahukah kamu, menyimpan sakit hati itu seperti minum racun yang dapat menggerogoti kesehatan dan kebahagiaan, bahkan persaudaraan dan persahabatan? Tahu pulakah Kamu bahwa pemaafan adalah penawarnya? Bagaimana Bisa? Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa pemaafan:
• Meningkatkan kesehatan fisik dan psikis
• Memperbaiki dan mempertahankan hubungan
• Meningkatkan Spiritualitas

Apakah Saya Sudah Memaafkan?
Meskipun sudah memberi maaf, namun jika masih ada perasaan marah atau sakit hati, kamu perlu melangkah lebih lanjut untuk mengalami pemaafan sepenuhnya. Ketika perasaan negatif telah hilang, bahkan tergantikan dengan perasaan positif, seperti rasa belas kasihan. Di sinilah manfaat pemaafan bagi kesehatan dan kedamaian dialami.
Pemaafan bisa saja terjadi secara cepat dan dramatis. Pemaafan dapat mengubah arah perjalanan kamu loh sobat. Perubahan ini mungkin kecil, tapi sangatlah penting. Pemaafan yang mendorong perubahan, baik berupa transformasi maupun perubahan yang perlahan-lahan, dapat membawa perjalanan kamu menuju tempat yang lebih baik.
Hal terpenting untuk dipahami adalah memaafkan tidak berarti melupakan, atau berpura-pura luka tersebut tidak pernah terjadi. Pemaafan menggantikan niat yang buruk terhadap orang yang melakukan kesalahan dengan niat yang baik. Pemaafan juga tak berarti menghilangkan keadilan. Memaafkan berarti menginginkan hal yang baik bagi pelaku kejahatan, namun tak berarti membiarkannya lolos dari proses peradilan. Memaafkan dapat menjadi pengalaman yang berharga, memiliki kekuatan dan mendatangkan kebebasan.

Orang-orang sering melihat tindakan tidak memaafkan dan membalas dendam sebagai alternatif selain memaafkan. Namun mengapa kamu harus memikul beban yang dapat membuatmu merasa marah, sakit secara fisik dan mematikan kehidupan spiritualmu? Atau hal itu juga dapat membahayakan hubungan yang penting? Ada begitu banyak manfaat memaafkan yang didukung secara ilmiah, baik pemaafan keputusan maupun pemaafan emosional.
Secara ilmiah, akibat dari tidak memaafkan adalah sebagai berikut :
1. Menyimpan dendam akan membuat kamu stres. Hal itu dapat meningkatkan kadar hormon kortisol dalam tubuh. Menyimpan dendam juga dapat meningkatkan tekanan darah, detak jantung dan hal-hal lainnya yang dapat merusak jantung. Menyimpan dendam juga dapat menyebabkan masalah pencernaan, melemahkan sistem kekebalan tubuh, mengganggu kehidupan seks dan merusak memori kamu sobat. (Berapa banyak lagi yang dapat kamu pikirkan?)
2. Menyimpan dendam membuat orang merasa depresi, khawatir akan dilukai lagi, marah dan secara umum menjadi lebih negatif. Orang sering terobsesi dengan kejadian negatif dalam hidup mereka dan itu menghancurkan diri mereka sendiri karena membuat mereka sedih secara emosional. Semua emosi negatif tersebut akan berdampak pada tubuh secara fisik.
3. Menyimpan dendam akan menghalangi orang untuk menginginkan rekonsiliasi dalam hubungan dengan sesama. Mereka tetap tinggal dalam kemarahan, memutuskan hubungan dengan orang tersebut, dan merasa pahit hati. Bukannya memperbaiki hubungan dan mendapatkan dukungan, mereka memempertaruhkan kesehatan pada risiko yang lebih besar.
4. Bagi beberapa orang, menyimpan dendam berlawanan dengan kepercayaan religius mereka. Hal itu akan mengurangi damai yang mereka rasakan, mengurangi kualitas hubungan mereka dengan sesama dan mengurangi keterhubungan dengan segala hal dipercayai sebagai suci/sakral.

Dua Jenis Pemaafan
Pemaafan keputusan yaitu terkait dengan membuat keputusan untuk memaafkan orang yang telah menyakiti kita. Ketika kita membuat keputusan tersebut, kita mencoba untuk mengurangi sikap negatif terhadap orang yang melukai kita. Malahan kita memperlakukan mereka seperti orang yang kita hargai.
Pemaafan emosional, yakni mengurangi perasaan sakit hati, kemarahan, luka dan kepahitan, mungkin saja membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada memutuskan untuk memaafkan. Walaupun mungkin kita dengan tulus memutuskan untuk memaafkan dan terus mencoba untuk memperlakukan orang yang bersalah tersebut dengan lebih baik, kita mungkin masih belum merasakan pemaafan emosional yang sepenuhnya.
Pemaafan keputusan dan pemaafan emosional kadang dapat terjadi bersamaan, namun keduanya merupakan proses yang berbeda. Keduanya dapat terjadi di waktu yang berbeda. Kadang pemaafan keputusan yang terjadi dahulu, kadang pemaafan emosional yang lebih dahulu. Kenyataanya, beberapa orang bisa saja hanya mengalami satu jenis pemaafan dan tidak pernah mengalami pemaafan jenis lainnya.

Melepaskan Beban Tidak Mau Memaafkan: Membuat Keputusan untuk Memaafkan
Ketika kamu tidak mau memaafkan, Kamu dapat membuat keputusan untuk melakukannya. Cobalah hal berikut ini ; Genggamlah kedua tanganmu dan regangkan lenganmu sejauh mungkin dari tubuh. Bayangkan beban luka dan tidak mau memaafkan ada dalam genggaman tanganmu. Karena kamu mungkin belum siap untuk melepaskannya, jadi gengamlah itu selama 30 detik lagi. Seiring bertambah lelahnya lenganmu, pikirkan hal-hal yang dapat kamu lakukan dengan tanganmu (dan hidupmu). Jika kamu dapat melepaskannya dan mulai melakukan hal lainnya. Ingatlah bahwa menahan beban ini akan melukai kamu, bukan orang yang bersalah padamu. Melepaskannya akan menolong, baik diri kamu maupun dirinya.
Walaupun kamu belum siap untuk melepaskannya secara total, bukalah tanganmu dan biarkan lenganmu jatuh kembali ke posisi normal. Ingatlah kelegaan yang kamu rasakan, rangkullah itu ketika kamu siap untuk memaafkan.
Sekarang kamu telah mengetahui manfaat memaafkan, apakah kamu mau membuat keputusan yang nyata untuk memaafkan? Ini berarti membuat sebuah keputusan untuk melepaskan keinginan balas dendam. Malahan, kamu memutuskan untuk memperlakukan orang yang bersalah tersebut sebagai orang yang berharga (walaupun memiliki kelemahan). Bahkan jika orang tersebut tidak lagi berada dalam hidumu, kamu dapat memutuskan bahwa kamu bersedia untuk memperlakukan orang tersebut dengan cara seperti itu ketika kamu bertemu lagi dengannya.

Para ilmuwan dan konselor umumnya mempercayai bahwa baik pemaafan keputusan maupun pemaafan emosional adalah sama-sama penting. Sangat membantu jika bisa melakukan keduanya. Kamu bisa membuat keputusan untuk memperlakukan pelaku kesalahan lebih positif – karena kamu adalah manusia yang bernilai. Kamu juga mengambil waktu dan berusaha untuk menggantikan emosi-emosi negatif yang tidak mau memaafkan dengan emosi-emosi positif karena kamu menghargai manusia yang lain.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang memberi maaf karena pemaafan dapat membuatnya lebih sehat, lebih positif dan lebih berekonsiliasi terhadap orang yang melakukan kesalahan, dan lebih damai secara spiritual, itu dilakukan bagi kepentingan dirinya sendiri. TETAPI ketika seseorang memaafkan secara tidak mementingkan diri sendiri, atau secara altruistik, yakni bagi kepentingan orang yang melakukan kesalahan tersebut, dia akan menikmati manfaat yang lebih besar.

Kapan Kamu Perlu Pemaafan?

Ingatlah kembali sebuah kesempatan ketika kamu memerlukan pemaafan. Pikirkan kembali ke masa ketika kamu melukai seseorang dan melakukan kesalahan, memerlukan pemaafan dan diberikan pemaafan. Bisa kejadian masa kecilmu dulu, masa-masa di sekolah menengah, kuliah, bekerja, sesuatu yang terjadi dalam keluarga kamu atau dalam sebuah hubungan (hubungan dalam percintaan ataupun bukan percintaan). Yang terpenting adalah kamu melakukan suatu kesalahan dan merasa sangat tidak enak dengan hal itu dan kamu perlu dimaafkan.

Bersentuhan dengan Rasa Syukur yang Kita Rasakan Saat Menerima Pemaafan
Fokuslah pada saat betapa baik rasanya ketika menerima pemaafan, dan perasaan bebas yang kamu rasakan ketika beban rasa bersalah diangkat darmu. Ketika kamu dapat mengingat keadaan yang penuh rasa syukur ini.
Pikirkanlah mengenai bagaimana perasaanmu ketika kamu dimaafkan dan betapa baik rasanya saat memberikan suatu hadiah altruistik pada seseorang yang tidak layak menerimanya. Tidakkah kamu ingin untuk memaafkan (secara emosional) orang yang telah melukaimu?

Namun kamu akan menghadapi tantangan baru dalam hidup, yakni hal-hal baru untuk dimaafkan. Jika kamu mengalami luka baru, kamu dapat memprosesnya dengan mengingat kembali manfaat dari memaafkan. Saya berharap kamu dapat lebih lagi menjalani kehidupan yang memaafkan dan mengalami dampak positifnya bagi dirimu sendiri dan orang-orang yang kamu cintai.

RITA ELLY SYAMSIAH
Latest posts by RITA ELLY SYAMSIAH (see all)

RITA ELLY SYAMSIAH

Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam - UIN Sunan Gunung Djati Bandung Motto Hidup : "Khairunnas anfauhum linnas" Instagram : @ritaellysyaaa_