ARTICLEHOBBY AND PASSIONI-TEEN LITERATOUR OF THE WEEK

Terjebak antara Cita-Cita dan Orang Tua


0001-15831949299_20210122_031405_0000.png

Loading

Sewaktu kecil dipenuhi imajinasi bagaimana bila dewasa nanti. Sesudah dewasa malah berandai-andai bisa kembali ke masa kecil lagi”

Siapa disini yang setuju kalau masa kecil sangatlah berkesan bagi kehidupan? Waktu terasa lama, tetapi hari-hari begitu menyenangkan. Saking menyenangkannya masa kecil, hati dibuat gusar ingin kembali ke momentum terindah, ternyaman untuk sejenak beralih dari kepenatan yang merajalela di usia yang hampir senja ini, mungkin menuju kepala dua atau mungkin lebih nih hihi…

Banyak cerita yang menghiasi setiap episodenya, termasuk manakala bertaut perihal mimpi alias cita-cita. Siapa yang gak girang sih kala kecil ditanya soal cita-cita? Atau mungkin kamu masih sibuk menyontek cita-cita yang dirasa bagus dari temenmu? Hayooo loh ngaku…

Setiap orang punya alurnya masing-masing, tetapi tidak menutup kemungkinan impian akan hadir sejak kecil, dalam bentuk apapun dalam versi manapun. Banyak kupu-kupu berterbangan menghiasi isi perut dan kepala hanya dengan membayangkannya saja. Belum lagi ketika kita begitu semangat berbagi segala angan yang ada dalam benak semasa itu. Rasanya begitu mudah untuk digapai, seolah hati yakin dan mulut sigap untuk melantangkan kalimat kepada langit : “Okey, aku pasti bisa seperti itu, menjadi yang ku mau. Tunggu saja nanti!”

Eits, tapi apakah kenyataannya seperti itu? Apakah kamu masih bisa konsisten dengan impianmu sejak kecil? Mungkin pula kamu saat ini sudah menemukan hal lain yang membuatmu semakin menyayangi dirimu; “Yaaa, this is me”.

Beberapa episode telah terlewati, pasti banyak hal yang datang menghampiri. Itu membuatmu menerima beragam pembelajaran yang berarti bagi kehidupanmu kini atau pun nanti. Hingga tiba saatnya kamu berpijak di titik ketika harapan dan impian yang diidamkan mesti diperjuangkan. Menggapai impian memanglah tidak mudah. Tetapi ada yang lebih tidak mudah dari sekedar menggapai impian. Apa itu? Yaps kalau kamu sudah baca judul tulisan ini tandanya kamu sudah menemukan jawabannya. Cita-cita yang terjebak kehendak orangtua.

Tidak sedikit terjadi cerita bahwa cita-cita hanya bisa dinikmati sedari kecil yang bertahan sampai masa remaja awal saja. Selanjutnya masa depan berada di tangan orang tua. Tentu hal itu bisa membawa dampak yang tidak baik bagi si pelukis mimpi. Sadar maupun tidak sadar akan menimbulkan keresahan, kekecewaan, dan kehilangan arah bagi sebagian orang. Padahal kita semua tahu bahwa setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi buah hatinya, terlebih lagi ridho Sang Maha Pencipta ada pada ridho orang tua. Lantas apa yang harus dilakukan? Apakah menerima keputusan mereka atau mengikuti kata hati? Yuk, simak secuil ulasan di bawah ini! Barangkali bisa untuk dicoba.
1. Harap Tenang dan Tetap Optimis
Satu kunci yang sangat berarti untuk menghadapi situasi ini yaitu mencoba berlapang dada tuk menenangkan pikiran dan hati sejenak. Sebab penentuan awal begitu berpengaruh untuk langkah berikutnya. Ketika diri dapat mengendalikan pikiran, emosi dan motivasi dengan stabil, maka kita akan mudah dalam menentukan sikap dan pilihan ke depan. Hingga tiba saatnya pada kesadaran penuh tentang apa yang benar-benar diinginkan dan diupayakan. Berbanding terbalik jika sedari awal diri tidak bisa mengendalikan emosi, pikiran, hingga motivasi kuat pun meluntur. Itu akan menjadi bumerang bagi kita, termasuk berimbas kepada orang sekitar, baik kepada orang tua, keluarga, teman, dan yang lainnya.

2. Menghadirkan Berbagai Sudut Pandang
Masih tetap dengan mempertahankan tahapan pertama, yakni menghadirkan kesadaran penuh atas apa yang sedang melanda. Tenangkan pikiran, tak perlu khawatir dan risau, cukup kenali situasi dan fahami hal itu dengan sudut pandang kita, sudut pandang orang tua kita, dan sudut pandang Allah Ta’ala tentunya. Coba buka jendela hati, kenapa kita bertekad kuat menggapai impian ini? Kenapa pula kita harus menolak keputusan orang tua? Kenapa orang tua menginginkan kita sesuai dengan kehendaknya? Kenapa Allah memberikan ujian seperti ini? Cari jawaban sebanyak-banyaknya, sampai kita menemukan titik terang dan sadar sebetulnya apa sih yang mesti dikejar?

3. Berkomunikasilah dengan Bijak dan Baik
Orang tua memang selalu berusaha semaksimal mungkin demi kebaikan anaknya, tetapi terkadang karena mereka terlalu sibuk mengupayakannya, mereka pun belum memahami apa yang dibutuhkan, diinginkan dan disukai oleh anaknya. Maka setelah kita memantapkan hati sampai pada titik kesadaran yang membuat hidup penuh arti, cobalah sesekali komunikasikan dengan baik pada mereka. Bahwa diri ini ingin belajar memutuskan masa depan. Tak apa bila respon mereka masih sekeras dan seteguh pada pendirian awal. Lebih baik mencobanya terlebih dahulu daripada tidak sama sekali bukan? Karena bagaimana orang tua bisa yakin atas pilihan kita? Jika kita tidak mampu menguraikan impian yang diidamkan dan tidak mencoba berusaha untuk membuktikannya.

Meskipun memang tidak ada keberhasilan tanpa adanya kegagalan. Tetapi tentu akan berbeda jika arah yang diperjuangkan sesuai porsi dan versi yang kita inginkan. Maka tahap selanjutnya kita bisa memberi contoh bahwa kegagalan bisa didapat karena menjalani mimpi yang dipaksa. Hal ini akan perlahan membukakan kacamata mereka dan memberi pemahaman kepada mereka. Lalu perlihatkan beberapa contoh figur sukses dari pilihan yang kita pilih. Tunjukkanlah bahwa sukses dapat datang dari segala bidang.

4. Tentukan Pilihan
Kita tahu bahwa ridho orang tua sangat berperan penting bagi kehidupan kita, tak terkecuali kesuksesan. Namun setiap orang bisa berbakti kepada orang tua, tanpa mengenyampingkan kemampuan dirinya. Jika kita masih bimbang akan kedua pilihan, enggan membangkang dan merasa masih belum berani menolak permintaan orang tua, maka ada dua pilihan lain juga apakah kita akan diam dan terus memikirkan keputusan mana yang harus diambil atau kita bisa mencoba menjalani apa yang orang tua inginkan, meski itu sulit. Selanjutnya jalani pilihan orang tuamu sembari memupuk cita-cita. Sebab di samping itu kita pula sebetulnya kita bisa mengambil celah untuk memperjuangkan impian sesuai dengan versi kita, jika kita mau. Siapkan terlebih dahulu diri ini sejak awal ketika mereka tak merestui pilihan hati. Bersabarlah dan jangan mudah berspekulasi yang bukan-bukan! Karena sebenarnya mereka hanya butuh pembuktian. Kalau saja kita hanya mengobral harapan dan impian tanpa perjuangan yang matang, bisa saja mereka akan ragu atas pilihan kita sendiri. Hingga hal itu akan membuat mereka melihat bahwa kita sedang berjuang tanpa banyak bicara. Secara perlahan coba jadikan hal itu motivasi untuk terus semangat berjuang juga membuktikan bahwa pilihan itulah yang tepat dan terbaik, lebih membuat kita merasa nyaman dan bahagia. Asalkan kita bisa memastikan diri untuk senantiasa bersabar dalam berproses dan senantiasa memohon pertolongan kepada Sang MahaKuasa, maka semua itu akan terasa mudah dan ringan. Buktikanlah kepada mereka bahwa kita dapat sukses dengan cara kita sendiri. Hanya dengan ini kita bisa meyakinkan ayah dan ibunda, bahwa kita sudah mantap dan tepat mengikuti kata hati dan keputusan itu. Kita telah mandiri menelusuri masa depan dengan impian yang diidamkan.

Pada akhirnya keputusan tetap berada di tangan kita. Karena kita yang menjalaninya dan kita yang menanggung resikonya. Resiko terbesar ialah ketika kita tidak mengambil resiko apapun. Jadi ketika banyak rintangan yang menguji hidup kita, maka itulah yang membuat hidup kita bernilai. Akhir bait yang bisa aku sampaikan :
Semakin umur berdenting
Semakin banyak khawatir
Bak tumpul nan bercabang
Kesangsian titik lelah, titik rehat, titik berserah
Mungkin sampai tiada lagi pilihan
Melainkan dirilah yang harus tiba pada penentuan

Selamat mencoba dan semangat terus berproses!

Lisda Friesnawati
Latest posts by Lisda Friesnawati (see all)

Lisda Friesnawati

ENFP