Pentingnya “Sex Education” Bagi Remaja
Pendidikan seks adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan, dan kemasyarakatan. Pendidikn seks adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah, dan sebagainya. Sampai kepada timbulnya brahi karena adanya perubahan hormon-hormon. Termasuk nantinya masalah perkawinan, khamilan, dan sebagainya.
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya “sex education” sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks maupun pengetahuan kesehatan reproduksi di kalangan remaja.
Beberapa hal penting sex education bagi remaja:
Untuk mengetahui informasi seksual bagi remaja
• Memiliki kesadaran akan pentingnya memahami masalah seksualitas
• Memahami masalah-masalah seksualitas remaja
• Memahami faktor-faktor penyebab timbilnya masalah-masalah seksualitas.
Fenomena yang berkaitan dengan penyimpangan seksual remaja majalah sabili (No 12 Th.XI 1 Januari 2004) melaporkan hasil penelitian di kalangan remaja, yaitu:
• Hasil penelitian Yayasan Priangan Jawa Barat di tujuh kota besar di JABAR menunjukkan bahwa sebanyak 21% siswa SMP dan 35% siswa SMA disinyalir telah melakukan homoseksual
• Hasil survey Pelajar Islam Indonesia (PII) dengan menyebarkan angket ke 400 responden yang berusia 12-24 tahun yang berdomisili diberbagai kota di Jawa Barat menunjukkan 75% pelajar dan mahasiswa telah melakukan penyimpangan perilaku. 45% melakukan penyimpangan seksual, yang diantaranya 25% pelajar pria melakukan homoseksual.
• Penelitian pelajar di Jogja yang dilakukan oleh Iip, sebanyak 97% mahasiswi sudah tidak perawan lagi.
Sementara meninjau berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, sepertinya masih timbul pro-kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja untuk berhubungan seks.
Sebagian masyarakat masih berpandangan stereoype dengan pendidikan seks, seolah sebagai suatu hal yang vulgar. Selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka yang ada dalam pemikiran kebanyakan orang adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan antara pria dan wanita secara biologis, yaitu berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan kesehatan; dimensi psikologis, seksualitas berkaitan dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual; dimensi sosial, berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks; dan dimensi kultural, menunjukkan bahwa perilaku seks itu merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
Berdasarkan kesepakatan internasional di Kairo 1994 (The Cairo Consensus) tentang kesehatan reproduksi yang berhasil ditandatangani oleh 184 negara termasuk Indonesia, diputuskan tentang perlunya pendidikan seks bagi remaja. Dalam salah satu butir konsensus tersebut ditekankan tentang upaya untuk mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang komperhensif termasuk bagi para remaja.
Ada dua faktor mengapa sex education sangat penting bagi remaja. Faktor pertama, adalah dimana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham sex education, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal yang tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.
Faktor kedua, dari ketidak fahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, hal ni ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal-hal nyang seperti itu. Dampak dari ketidak fahaman remaja tentang se education ini, banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan sex diluar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, bahkan penularan virus HIV pun terjadi.
Berbicara mengenai “sex education” tidak hanya mengenai organ tubuh reproduksi saja, tetapi banyak hal yang harus kita pelajari, antara lain ekonomi, sosial budaya, bahkan politik. Banyaknya PSK (Pekerja Seks Komersial) di mana-mana, hal ini disebabkan faktor ekonomi, sehingga mereka tidak lagi betanggung jawab terhadap organ reproduksinya dan tidak menyadari akan terjadinya penularan virus HIV dan penyakit kelamin lainnya. Dengan belajar tentang sex education, diharapkan remaja dapat menjaga organ-organ reproduksi pada tubuh mereka dan orang lain tidak boleh menyentuh organ reproduksi khususnya bagi remaja putri.
Organ reproduksi remaja adalah hak remaja, dan menjadi tanggung jawab remaja itu sendiri untuk melindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan. Tidak bisa dipungkiri apabila membahas tentang seks di mana saja adalah topik yang seru dan “heboh”. Bagaimana serun ya kalau seks dijadikan topik yang dibahas tuntas di sekolah? “Heboh”, penuh kejutan, tetapi banyak juga nilai edukasinya. Saat ini, seks bukan lagi merupakan hal yang tabu yang bikin kita malu-malu untuk membahasnya. Mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya pengetahuan tentang seks karena banyak kasus pergaulan bebas muncul di kalangan remaja dewasa ini.
Pergaulan bebas sebenarnya sudah muncul dari dulu, hanya saja sekarang ini terlihat semakin parah. Pergaulan bebas remaja ini bisa juga dipicu karena semakin canggihnya kemajuan teknologi, juga sekaligus dari faktor perekonomian global. Namun, jika hanya menyalahkan itu semua juga bukanlah hal yang tepat. Remaja pada masa pubera adalah masa dimana mereka mencari jati diri dan arti hidup. Pada masa-masa ini pula remaja memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Karena rasa ingin tahunya yang besar, semakin dilarang, semakin penasaran dan akhirnya mreka berani untuk mengambil resiko tanpa pertimbangan terlebih dahulu. Ada beberapa pendapat yang bilang “sex education” memang pantas dimasukkan dalam kurikulum di sekolah menengah, apalagi siswa pada masa ini adalah masa puberts. “sex education” sangat perlu sekali untuk mengantisipasi, mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mampu menghindari dampak-dampak negatif lainnya.
Terbukti memang pada masa puber, banyak remaja yang melakukan sesuatu hanya untuk menjawab rasa penasaran mereka atau hanya mengikuti trend, sehingga mereka melakukan hal-hal yang belum pantas dilakukan. Mereka tidak sadar, apa yang mereka lakukan akan muncul masalah baru yang dapat merusak masa depan mereka. Apabila sudah “kebablasan” bukan hanya remaja itu sendiri yang akan kena batunya, tetapi juga orang tua tidak akan kuasa untuk menahan malu. Pembekalan tentang seks ini penting dan perlu sekali. Pengenalan atau pendidikan tentang seks, dapat dimulai dengan berbicara santai atau diskusi langsung tentang kesehatan reproduksi. Dengan cara yang lebih akrab, mungkin siswapun tidak perlu malu-malu lagi.
Disamping itu juga, sekolah bisa mengadakan sebuah seminar tentang seks dengan mengundang pakar yang bisa menjelaskan lebih detail lagi. Misalnya dokter atau psikolog, yang cakap dan paham dalam urusan gaya hidup remaja. Ada beberapa sekolah yang sudah memberikan pelajaran tentang “ sex education” yang disisipkan ke dalam pelajaran Biologi, Agama, dan Bimbingan Konseling. Namun hanya dapat bekal dari sekolah tenttu tidak cukup.
Komunikasi dari orang tuadan anak pun tidak kalah pentingnya. Sepertinya tidak hanya remaja saja yang berhak mendapkan pengetahuan tentang seks dan gaya hidup remaja saat ini. Sebelum remaja yang diberi pelajaran, orang tua pun mesti mendapatkan pengetahuan tentang gaya hidup remaja saat ini, hal-hal apa saja yang sedang tren di kalangana remaja, jadi akan terjalin komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak. Karena bukan tidak mungkin mereka yang tidak dekat atau jauh dari kontrol orang tualah yang lebih sering terjerumus ke hal-hal negatif.
- Pentingnya “Sex Education” Bagi Remaja - 25/01/2021