Remaja dan Kecenderungan Penggemar Fanatik Idola K-POP
Secara bahasa penggemar dapat diartikan sebagai orang yang menggemari (kesenian, permainan, dan sebagainya). Sedangkan secara istilah Penggemar atau pengagum (Inggris: Fans) selain itu dapat pula disebut pendukung, adalah seorang yang menggemari sesuatu dengan antusias, seperti grup musik, tim olahraga, buku, atau selebriti. Secara kolektif, kumpulan penggemar akan membentuk basis penggemar (fanbase) atau fandom. Selain itu seiring berjalannya zaman ada istilah baru yaitu Penggemar halu, yang merupakan istilah bagi suatu penggemar yang terlalu mengidolakan artis (fanatik). Halu dalam konteks ini adalah kependekan dari halusinasi. Penggemar yang terlalu fanatik akan memiliki kecenderungan untuk membayangkan idola dalam dunia nyata (halusinasi). Penggemar yang terlalu kecenderungan terobsesi untuk memiliki pasangan seperti artis idolanya. Penggemar seperti ini juga cenderung sangat sensitif mengenai apapun yang berhubungan dengan idolanya dan cenderung akan menyerang orang-orang atau kelompok yang terkesan tidak menghargai atau bahkan tidak menyukai idolanya. Dan hal ini lah yang menjadi ‘meresahkan’ baru-baru ini karena cukup banyak masalah yang ditimbulkan oleh penggemar fanatik ini dan mengapa hal itu menjadi perhatian, karena kebanyakan anggota kumpulan penggemar ini adalah remaja, antara usia 11-17 tahun.
Fanatisme penggemar idola kpop merupakan hal yang cukup meresahkan baru-baru ini, berhasilnya industri musik korea selatan menjadikan musik yang di produksi oleh artis mereka menjadi tren tersendiri yaitu kpop, tidak hanya di Indonesia namun dibelahan duni lainnya. Namun yang disesalkan dari hal ini adalah banyaknya penggemar fanatik yang di dominasi oleh remaja tidak hanya ingin menikmati musiknya atau karya lainnya yang dihasilakan oleh idola mereka namun malah seolah men-dewa-kan idola mereka, mencintai idola mereka secara berlebihan seperti contohnya memperlakukan barang-barang yang berhubungan dengan idola mereka seolah itu benar-benar idola mereka. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan hal tersebut, karena menjadi penggemar merupakan persoalan pribadi masing-masing, selama tidak ada yang dirugikan oleh hal tersebut. Untuk penggemar yang telah menyentuh usia dewasa atau setidaknya telah lama menjadi penggemar kpop cenderung tidak banyak menimbulkan masalah, karena mereka menyadari betul bagaimana hakikat menjadi seorang penggemar.
Masalahnya kini terletak pada penggemar fanatik usia remaja, seperti yang kita tahu remaja merupakan masanya seseorang mengalami pematangan secara emosional, sehingga remaja mungkin saja memiliki sifat labil dan sensitif, hal ini berpengaruhh dengan gaya hidup mereka sebagai penggemar. Sudah sangat banyak riset yang dilakukan terkait penggemar fanatik ini, mungkin kita bisa ambil beberapa contoh kasus yang menimpa seleb ibu kota yang berhubugan dengan penggemar fanatik kpop ini, yang pertama yang baru baru ini ada Puy Brahmantya, beliau mendapat ‘serangan’ dari penggemar fanatik kpop usai membintangi salah satu episode serial tv yang dinilai menyudutkan penggemar fanatik kpop, kemudian ada anak dari Ruben Onsu atau Betrand Peto yang dihina oleh salah satu penggemar dari ‘fandom’ yang cukup besar sudah dibanding-bandingkan dihina pula. Dan masih banyak lagi kasus yang ditimbulkan oleh penggemar fanatik kpop, seperti ujaran kebencian kepada seseorang karena merasa idolanya terhina walaupun kenyataannya seseorang hanya mengungkapkan pendapatnya.
Dari sini kita dapat pahami bahwa remaja saat ini mulai memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan generasi sebelumnya, karena sudah memasuki era digital sudah bukan hal tabu lagi jika mereka memiliki gawai berupa ponsel pintar dan juga mampu mengakses apapun dalam internet, menyangkut dengan kecenderungan menjadi penggemar kpop haruslah dalam pengawasan orangtua mau tidak mau orangtua harus mengikuti perkembangan dari apa yang disenangi oleh anaknya, tidak bermaksud untuk membatasi apa yang mereka sukai namun memantau apa yang mereka lakukan agar tidak menjadi penggemar fanatik. Karena tidak hanya eranya nya yang berubah kebijakan pun ikut berubah banyak kebijakan baru terkait ITE sehingga perlu pemantauan orangtua agar anaknya tidak menyalahgunakan media sosial yang mereka miliki serta tidak menjadi penggemar yang fanatik yang mencintai idolanya secara berlebihan.